Sabtu, 30 Mei 2009

HAKIKAT DAKWAH

HAKIKAT DAKWAH

 Islam memang merupakan dakwah, mungkin lebih dari agama lainnya. Ada tiga hal yang disebut sebagai hakikat dakwah islamiah. Hakikat dakwah itu meliputi tiga hal, yaitu bahwa dakwah itu adalah merupakan sebuah kebebasan, rasional, dan universal.

1. Kebebasan
 Islam sebagai agama yang mengajak untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan dan siksaan abadi, kebahagiaan dunia dan kesengsaraan, cahaya kebenaran atau kegelapan kepalsuan, kebajikan dan kejahatan, maka dakwah atau misi harus dilaksanakan integritas penuh dari pendakwah dan objek dakwah. Bila pihak-pihak tersebut merusak integritas ini dengan cara mencari keuntungan memanfaatkan demi tujuan selain kebenaran dari Allah merupakan kejahatan besar dalam dakwah. Dakwah Islam harus dilakukan dengan serius dan diharapkan diterima dengan komitmen yang sama terhadap kebenaran. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus benar-benar yakin bahwa kebenaran ini shasil dari penilaiannya sendiri.
 Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran QS. 2:25.
Artinya :
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya.”
 Disitu dengan jelas disebutkan bahwa kegiatan dakwah itu, tidak ada unsure paksaan. Dakwah Islam adalah ajakan yang tujuannya dapat tercapai hanya dengan persetujuan tanpa ada paksaan dari objek dakwah. Karena tujuannya untuk meyakinkan objek dakwah.
 Namun demikian kebebasan dalam beragama yang terkandung dalam ayat tersebut hanya berkaitan dengan kebebasan agama Islam atau selainnya. Seseorang yang dengan sukarela atau dengan penuh kesadaran telah memilih suatu agama, maka yang bersangkutan telah berkewajiban untuk melaksanakan ajarannya tersebut secara sempurna. Di samping itu, satu dari lima tujuan pokok agama adalah pemeliharaan terhadap agama itu sendiri yang antara lain menuntut peningkatan pemahaman umat terhadap ajaran agamanya serta membentengi mereka dari setiap usaha pencemaran atau pengeruhan kemurniannya.
 Ini merupakan prinsip dalam berdakwah yang memiliki nilai tinggi di mana kebebasan dalam memeluk agama betapa Allah perasaannya, serta membiarkannya mengurus urusannya sendiri dan menanggung segala perbuatannya. Karena prinsip ini merupakan cirri manusia yang paling spesifik. Dan sesungguhnya kebebasan khususnya kebebasan berakidah merupakan hak asasi manusia yang paling pertama. Islam telah mendahulukan ajaran dalam hal seruan kepada kebebasan naluri manusia dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
 Karena manusia diberi kebebasan Allah untuk memilih dan menetapkan jalan hidupnya, serta agama yang dianut mana yang ditolak. Karena Tuhan tidak menurunkan suatu agama untuk dibahas manusia dalam rangka memilih yang dianggapnya sesuai paket, penolakan terhadap satu bagian mengakibatkan penolakan terhadap keseluruhan paket tersebut.

2. Rasionalitas
 Dalam Islam, manusia adalah makhluk Allah SWT. Ketinggian, keutamaan, dan kelebihan manusia dari makhluk lain terletak pada akal yang dianugerahkan Allah kepadanya. Akallah yang membuat manusia memiliki kebudayaan, dan peradaban yang tinggi. Akal manusialah yang mewujudkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan Selanjutnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mengubah dan mengatur alam sekitarnya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan baik pada masa kini maupun di masa yang akan dating. Memang akallah yang membuat manusia berbeda dari hewan dan karena itu dalam filsafat, manusia deisebut sebagai hayawan al nathig, berbicara atau berfikir.
 Begitu penting peranan akal dalam kehiudupan manusia maka kedudukan akal sangatlah penting dalam dakwah. Karena kalaui kita menelaah Al Quran dan Hadist, sebagai sumber utama materi dakwah akal di samping wahyu memiliki peranan besar dalam Islam. Wahyu membawa ajaran-ajaran dasar yang jumlahnya tidak banyak, Tetapi juga memberi ketentuan-ketentuan dalam garis-garis besar. Penafsiran dan cara pelaksanaan serta perincian-perincian ajaran dasar itu diserahkan pada akal manusia untuk menentukannya. Mengenai masalah-masalah kehidupan manusia yang tidak disebut dalam Al Quran dan Hadist itu pula diserahkan pada akal manusia untuk menyelesaikan sesuai dengan jiwa ajaran-ajaran tersebut. Dan akal ini sangatlah penting dalam aktivitas dakwah.
 Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berfikir, berdebat, dan berargumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah Islam tidak dapat disikapi dengan keacuhan kemcuali oleh orang-orang yang sinis dengan penolakan atau berhati dengki. Hak berpikir merupakan sifat dan milik semua manusia. Tak satu orang yang dapat mengingkarinya. Karena apa yang sedang diupayakan dalam dakwah adalah penilaian, maka dari hakikat sifat penilaian tujuan dakwah tak lain adalah kepasrahan yang beralasan, bebas dan sadar dari objek dakwah terhadap kandungan dakwah. Dakwah harus merupakan penjelasan tentang kesadaran, di mana akal maupun hatid tidak saling mengabaikan. Keputusannya harus berupa tindak akal diskursif yang didukung insuisi emosi dari nilai-nilai yang terlibat. Sementara itu, tindak akal diskursif mendisiplinkan dan intuisi emosi memperkayanya. Dan karenanya dakwah Islam merupakan proses kritis penalaran. Ia tidak bersifat gomatis. Dakwah harus seslalu terbuka terhadap bukti baru dan membangun bentuk baru berulang-ualng, memerhatikan temuan baru ilmu pengetahuan, kebutuhan baru situasi manusia. Pendakwah bukan duta sistem otoriter, Tetapi pemikir yang bekerjasama dengan objek dakwah dalam memahami dan mengapresiasikan wahyu Allah, melalui ciptaan dan melalui pada Nabinya. Tidaklah manusiawi bila proses penalaran dihentikan sama sekali bila pikiran menutup diri terhadap cahaya bukti baru. Apapun afiliansinya dakwah haruslah dinamis, selalu meningkatkan intensitas, kejelasan visi, dan pemahaman.

3. Universalisme
 Universalitas dakwah di sini bahwa objek dakwah islam adalah semua manusia dan tanpa mengenal batasan (universal). Islam memandang semua orang mempunyai kewajiban untuk mendengar bukti dan menerima kebenaran. Islam mengandung ajaran-ajaran dasar yang berlaku untuk semua tempat dan zaman, seperti ungkapan Arab : Al Islam shahih fi kulli zaman wa makan. Dakwah menyeru semua manusia kepada Nya, karena semua manusia adalah makhluk Nya. Karakteristik dan kualitas dasar-dasar ajaran Islam yang mengandung nilai-nilai universal, antara lain berkaitan dengan tauhid, etika, moral, bentuk dan sistem pemerintahan, social politik dan ekonomi, partisipasi demokrasi, keadilan social, perdamaian, pendidikan dan intelektualisme, etos kerja, lingkungan hidup, dan sebagainya. Argument dasar tentang universalisme Islam ini dapat dilihat dari berbagai segi.
1) Pengertian perkataan Islam itu sendiri, yaitu sikap pasrah kepada Tuhan yang merupakan tuntutan alami manusia. Ini berarti agama yang sah adalah agama yang mengajarkan sikap pasrah kepada Maha Satu Yang Benar, Sang Pencipta Allah SWT. Beragama tanpa sikap pasrah kepada Tuhan adalah tidak sejati. Dalam Al Quran berulang kali ditegaskan bahwa agama para nabi sebelum Nabi Muhammad adalah Islam. Dengan demikian agama yang dibawa Nabi terakhir itu adalah Islam sebagai kelnjutan dan penyempurnaan dari atas Islam yang diajarkan oleh para nabi terdahulu (parexelence), semua agama (samawi) dalam pandangan Muslim adalah satu, karena kebenaran itu adalah satu yaitu Islam. Itulah sebabnya Nabi Muhammad dan umatnya mengimani Seluruh kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada nabi terdahulu.
2) Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling banyak memengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan kawasan yang luas, yang di dalamnya terdapat kemajemukan rasial dan budaya. Ia bebas dari klaim-klaim ekslusivitas dan linguistis.
3) Islam berusan dengan alam kemanusiaan. Karena ia ada bersama manusia tanpa pembatas ruang dan waktu. Karena itu pula, nash-nash ajarannya berbicara kepada hati dan akal manusia. Ia lahir untuk memenuhi spiritualis dan rasionalis manusia, dua unsure yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia.
 Secara etimologis kata Universalitas dalam bahasa Arah “Alamiyah” yang berasal dari kata ‘Aalam yang berate dunia, dari akar kata yang sama kemudian lahir kata “Alamin” yang berarti semesta Alam. Secara terminologis “Alamin” berarti : semua yang diciptakan Allah yang teridri dari berbagai jenis dan macam, seperti : alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan, benda mati, dan sebagainya. Allah pencipta semua alam itu. Adapun sinonim dari kata “Universal” adalah “Alamiyah”. Dalam kamus ilmiah popular, “Universal” berarti sifat yang umum, berbeda dengan sifat-sifat kasus yang individual, mencakup secara keseluruhan benda-benda, mencakup semua ruang dan waktu segala isinya. “Universalitas Dakwah” bahwa, dakwah Islam berliku bagi semua orang tidak terkotak-kotak dalam ras, suku, dan bangsa disetiap tempat dan waktu.
 Unversalisme Islam ini merupakan atau keberlakuan ajaran islam itu untuk semua orang dan untuk Seluruh dunia, merupakan suatu ajaran yang diterima diseluruh umat Islam sebagai akidah. Argumentasi-argumentasi keagamaan yang berkaitan dengan hal tersebut cukup banyak dan saling berkaitan, dan boleh jadi berbeda beda, Namun pada akhirnya semua bertemu pada natijah yang di atas.
 Dalam kehidupan bermasyarakat secara luas di mana perbedaan-perbedaan (pluralitas) sangat dimungkinkan dakwah islam haruslah lebih mementingkan isi dan makna dibandingkan dengan bentuk-bentuk. Seseorang tidak mendapatkan suatu bentk material dari petunjuk islam dalam bidang ini yang disakralkan, Walau hal terebut berasal dari petunjuk Nabi, karena petunjuk beliau ketika itu harus dipahami dalam konteks kemasyarakatan yang beliau alami dan tentunya berbeda sedikit atau banyak dengan masyarakat lain akibat perbedaan waktu dan tempatnya. Dari sinilah antara lain universalitas dakwah yang tergambar pada prinsip dan nilai dapat diterapkan dalam kehidupan modern.
 Dengan demikian dengan berbagai dimensi dan kejauhan jangkauan yang dikandungnya, universal adalah termasuk karakteristik yang membedakan islam dari segala sesuatu yang diketahui manusia dari agama-agama, filsafat-filsafat, dan mazhab-mazhab (aliran-aliran). Dan islam sebagai agama dakwah itu universal yang meliputi semua zaman, kehidupan, dan eksistensi (keberadaan) manusia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh As-Shahid Hasan al-Banna telah mengungkapkan jangkauan universal dalam risalah islam, yaitu “ adalah risalah yang panjang terbentang sehingga meliputi (mencakup) semua abad sepanjang zaman, terhampar luas sehingga meliputi semua cakrawala ummat, mendalam (mendetail) sehingga memuat urusan-urusan dunia dan akhirat).
 Secara lebih lanjut universalitas dakwah ini sebenarnya memiliki dua dimensi, yaitu universal dalam arti ia berliku untuk setiap tempat tanpa mengenal batas-batas etnis, dan universalitas dalam arti ia berliku untuk setiap waktu tanpa adanya pembatasan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa ajaran itu bersifat permanent sampai Akhir masa yang akan dating.
 Untuk itu pula, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw, itu bersifat elastis, akomodatif, dan fleksibel, sehingga dalam hal-hal tertentu ia dapat mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan manusia. Dan karena universalitasnya itulah ia menjadi penutup bagi ajaran-ajaran nabi terdahulu, sementara Nabi Muhammad saw. Yang membawa sejarah itu menjadi Nabi pamungkas dari semua para nabi.
 Pertama, dakwah islam adalah ajakan yang tujuannya dapat tercapai tanpa paksaan (kebebasan). Karena tujuannya adalah meyakinkan objek dakwah bahwa Allah itu pencipta, Tuhan dan Hakimnya, maka penilaian yang dipaksakan tidaklah sesuai.
 Kedua, dakwah islam adalah ajakan untuk berpikir, berdebat dan berargumen (rasionalitas). Dakwah harus merupakan penjelasan tenang kepada kesadaran, dimana akal maupun hati tidak saling mengabaikan. Karena itu, dakwah islam merupakan proses kritis penalaran dan ia tidak bersifat dogmatis.
 Ketiga, objek dakwah islam adalah semua manusia dan tanpa mengenal batasan (universal). Islam memandang semua orang mempunyai kewajiban untuk mendengar bukti dan menerima kebenaran. Islam mengandung ajaran-ajaran dasar yang berliku untuk semua tempat dan zaman, seperti ungkapan arab: “al Islam shalih fi kulli zman wa makan”. Dakwah menyeru semua manusia kepada-Nya, karena semua manusia adalah makhluk-Nya.
 Berbeda dengan misi-misi dakwah yang dibawa Nabi-nabi terdahulu, misi dakwah yang dibawa Nabi Muhammad saw., bersifat universal. Ia tidak mengenal batas waktu, tempat dan etnis, Melainkan berliku untuk sepanjang zaman, di semua belahan bumi dan semua umat manusia di dunia. Keuniversalan dakwah tidak terlepas dari keuniversalan risalah Rasulullah saw.
 Begitu pula nabi-nabi lain, Nabi Hud as. Misalnya, beliau hanya diutus untuk kaum ‘Ad saja, Nabi Sholeh as. Untuk kaum Tsamud saja, nabi musa as. Diutus untuk kaum Bani Israil saja, dan lain-lain. Nabi Muhammad menyampaikan dakwahnya bukan hanya kepada kaumnya (Quraisy), Tetapi juga kepada suku-suku Arab lainnya. Setelah bangsa Arab yang ada di semenanjung Arabia menerima ajaran yang dibawanya, Nabi Muhammad mengirim utusan dengan surat ke Raja Persia, Ethopia, Penguasa Alexandria Muwaqis, dan Gubernur Byzantium di Busra.
 Universalitas ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammmad saw. Itu memiliki dua dimensi, yaitu universal dalam arti ia berliku untuk setiap tempat tanpa mengenal batas-batas etnis dan universal dalam arti ia berliku untuk setiap waktu tanpa adanya pembatasan. Ini membawa konsekuensi bahwa ajaran islam itu permanen sampai Akhir masa nanti. Karena ia sejak semula telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan mengalami perubahan-perubahan, baik pengurangan maupun tambahan.
 Kata insane terambil dari kata nuns yang berarti jinak, harmonis dan tampak, pendapat ini jika dipandang dari sudut pandang al-Qur’an leih tepat daripada yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
 Kata insane yang digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan Seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain karena perbedaan fisik, mental dan kecerdasan. Di antara semua mahkluk Allah, ternyata manusia mempunyai tempat sangat khusus, yakni sebagai makhluk yang paling baik kualitas konstruksinya. Dalam artian memiliki banyak sekali keunggulan, bukan berarti manusia tidak mempunyaik kelemahan. Karena keunggulannya, maka manusia bias menjadi makhluk yang mempunyai pengaruh besar terhadap makhluk lain ataupun lingkungan sekitarnya. Disinilah letak hakikat bahwa manusia itu memiliki peran sebagai Pengelola alam semesta, yang dalam al-Qur’an disebut sebagai “khalifah”
 Sebagai makhluk social, manusia tidak dapat hidup sendiri, hidup manusia bagaikan lalu lintas, masing-masing ingin berjalan dengan selamat sekaligus cepat sampai ke tuuan, karena kepentingan mereka berbeda, maka diperlukan adanya peraturan agar tidak terjadi benturan dan tabrakan. Paling tidak yang memberikan peraturan adalah yang tidak mempunyai kepentingan apa pun, (sekalipun memiliki dua kelemahan:keterbatasan pengetahuan dan egoisme). Dengan dmeikian, yang seharusnya mengatur lalu lintas kehidupan adalah dia yang paling mengetahui sekaligus dia yang tidak mempunya kepentingan sedikit pun, yaitu Allah swt. Peraturan-peraturan itulah yang kemudian dinamakan “agama”.
 Karakteristk dan kualitas dasar-sadar ajaran islam yang mengandung nilai-nilai universal, antara lain berkaitan dengan tauhid, etika, dan moral, bentuk dan sistem pemerintahan, social politik dan ekonomi, partisipasi demokrasi, keadilan sisal, perdamaian, pendidikan dan intelektualisme, etos kerja, lingkungan hidup, dan sebagainya.


by : Anonymous

Tidak ada komentar:

Posting Komentar