Sabtu, 30 Mei 2009

MUKJIZAT AL-QUR'AN

PENDAHULUAN

 Dari segi kandungannya, al Qur’an tidak saja memuat ajaran-ajaran yang bersifat relegius keakhiratan melainkan juga berisi masalah muamalah keduniaan seperti ilmu pengetahuan, masalah ekonomi, sosial, kemasyarakatan, pendidikan dan hubungan antar pemeluk agama. Bahkan menurut Ayatullah Khomeini perbandingan ayat Quran yang bersifat ubudiyah dengan ayat muamalah adalah satu berbanding 100.
 Kemukjizatan al Quran sekurang-kurangnya terletak pada bahasanya, kandungan yang berisi prediksi yang benar di masa yang akan datang, dan isyarat-isyarat ilmiahnya. Dalam hal bahasa, redaksi-redaksi al Quran sangat indah dan memesonakan, sarat dengan berbagai makna. Selain itu ia pun selaras dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan para pembacanya. Karenanya penafsiran atasnya tidak pernah kering. Dari saat ke saat terdengar atau terbaca sesuatu yang baru, Nabi Muhammad SAW menggambarkan kitab al Quran sebagai berita yang mengandung masa lampau, keadaan masa mendatang, tidak pernah lekang oleh panas dan tidak pula lapuk oleh hujan.
IJAZUL QURAN
(MUKJIZAT AL QURAN)

 Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab (‘ajaza) yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamai (mu’jizat). Tambahan tha marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).
 Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai sesuatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.

Unsur-unsur yang menyertai mukjizat
 Unsur yang penting yang harus menyertai sesuatu itu sehingga ia dapat dinamai mukjizat.
Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa
 Peristiwa-peristiwa alam, misalnya yang terlihat sehari-hari. Walaupun menakjubkan tidak dinamai mukjizat karena ia telah merupakan hal yang biasa.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi
 Tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapapun. Boleh jadi sesuatu yang luar biasa tampak pada diri seorang yang kelak bakal menjadi nabi. Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, maka tidak mungkin lagi terjadi sesuatu mukjizat sepeninggal beliau, walaupun ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat lagi terjadi dewasa ini.

3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
 Tentu saja tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum atau sesudahnya.
 Disisi lain, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan sang Nabi, misalnya batu ini dapat bicara, “tetapi ketika batu tersebut berbicara dikatakannya bahwa sang penantan berbohong” maka keluarbiasaan ini adalah bukanlah suatu mukjizat tetapi ihanah atau istidraj.
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
 Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, maka ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mreka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya.
Apakah Mukjizat Dapat Terjadi?
 Sesungguhnya keluarbiasaan itu tidak mustahil menurut pandangan akal yang sehat dan tidak pula bertentangan dengan-Nya. Kemustahilan dapat dibagi menjadi mustahil menurut akal dan mustahil menurut kebiasaan.
 Kita sering menilai sesuatu itu mustahil karena akal kita telah terpaku dengan kebiasaan atau dengan hukum-hukum alam atau hukum sebab dan akibat yang kita ketahui.
 Tentang hukum-hukum alam, seperti hukum sebab akibat yang disebutkan diatas.

Tujuan dan Fungsi Mukjizat
 Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan :”apa yang dinyatakan sang Nabi adalah benar. Dia adalah utusan Ku dan buktinya adalah aku melakukan mukjizat itu.
 Mukjizat dari segi bahasa : melemahkan. Namun dari segi agama. Ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidak mampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan Tuhan melalui hamba-hamba pilihan Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oelh masing-masing nabi.
Macam-macam mukjizat
 Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu :
- Mukjizat yang bersifat material indrawi laig tidak kekal dan mukjizat material, logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat Al Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun
Auguste Comte (1798 – 1857) berpendapat bahwa pikiran manusia dalam perkembangannya mengalami tiga fase.
Fase pertama, fase keagamaan, dimana karena keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi kepada kekuatan Tuhan.
Fase kedua, fase metafisika. Dalam hal ini manusia menafsirkan gejala atau fenomena yang ada dengan mengembalikannya kepada prinsip-prinsip yang merupakan sumber awal atau dasarnya. Manusia ada awlnya, demikian juga pohon, binatang, dan daun-daun.
Fase ketiga, fase ilmiah. Dimana manusia menafsirkan fenomena yang ada berdasarkan pengamatan yang teliti dan berbagai eksperimen hingga diperoleh hukum alam yang mengatur fenomena itu.
Salah satu dampaknya adalah menyangkut pembuktian kebenaran (mukjizat) yang dipaparkan oleh para Nabi.
Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, maka kamu tidak akan percaya, “demikian sabda Nabi Isa as yang diabadikan dalam perjanjian baru, Yahya IV:48. pada saat lain beliau bersabda, “Jikalau aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa Ku, janganlah percaya kepadaku” (Yahya X : 37).
“Tetapi setelah manusia mulai menanjak ke tahap kedewasaan publik/berpikir, maka bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.

ISYARAT KEILMUAN

A. Fisika
 Dalam bidang fisika adalah satu contoh isyarat Al Quran adalah tentang penciptaan bumi dan langit dalam Al Quran surat Al-Anbiya (21) : 30:
Artinya :
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
B. Biologi
 Salah satu tema penting dalam Al Quran, dan sekaligus menjadi suatu kekuatannya adalah ungkapan Al Qur’an tentang reproduksi manusia, yang dalam pembahasan sains modern termasuk ke dalam disiplin ilmu Biologi, yang Selanjutnya merupakan dasar pengembangan ilmu kedokteran.
C. Astronomi
 Astronomi merupakan salah satu tema penting Al Quran. Cukup banyak ayat yang mengungkap benda-benda angkasa.
 Pernyataan penting Allah tentang benda-benda ruang angkasa adalah bahwa Dia telah menundukkan benda-benda langit dan ruang angkasa serta benda-benda bumi untuk semua umat manusia. Pernyataan ini diungkapkan Nya dalam surat Al Jarsiyah (45):13:
Artinya :
“Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.

KESIMPULAN
 Setelah kita memahami tentang kemukjizatan Al Quran, dapat kita simpulkan terkenanglah dihati kita semakin menambah rasa keyakinan dan keimanan benar-benarlah mukjizat itu ada.
 Ternyata kemukjizatan Al Quran itu mencakup semua ilmu baik ilmu Alam maupun ilmu Sosial seperti ilmu kesehatan, ilmu pertanian, ilmu geografi, dan ilmu astronomi.
 Dan yang menyangkut dengan kemukjizatan Al Quran paling banyak kekuasaan yang diperlihatkan pada hamba Nya. Terutama bagi orang berilmu, namun kita selaku umat Islam jangan ragu/heran pada orang-orang yang belum menyaksikan bahwa kemukjizatan Al Quran sebagai sebuah kebenaran yang sejati.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad, Fajr al-Islam, terj. Zaini Dahlan, Jakarta: Bulan Bintang, 1968.

Amin, Bakri Syaikh, Al-Ta’bir.al-Fanny fi al-Qur’an, Beirut: Dar al-Syuruq, 1980.

Azra, Azyumardi (Ed), Sejarah dan Ulumul Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Biqai, Burhanudin Al-, Nuzum al-Durarfl Thnasub alAyat wa al-Smear, India, 1969.

Buchori, D.S. 2005. Pedoman Memahami Kandungan Al Quran. Granada Sarana Pustaka : Bogor

Syihab, M.Q. 1997. Mukjizat Al Quran. Al Mizan : Bandung




Tidak ada komentar:

Posting Komentar