Pandangan klasik yang memandang Indonesia adalah sebuah "negara dengan jumlah
penduduk besar" tampaknya sudah saatnya untuk segera dirubah menjadi sebuah
"negara besar yang penuh dengan sumber daya manusia berbakat". Cara pandang
pertama memiliki konotasi yang agak negatif dan kurang punya potensi karena
jumlah penduduk besar dipandang sebagai beban. Sementara pandangan kedua
mewakili arti yang sangat bertolak belakang, yaitu optimis, positif dan
terkandung makna kebanggaan yang dalam.
Mungkin sebuah lirik lagu terkenal ciptaan musisi Koes Plus yang berjudul
"Kolam Susu" mampu mewakili dan memberikan gambaran imajinatif tentang betapa
kaya, subur dan indahnya alam bangsa Indonesia. Namun banyaknya keragaman,
serta kekayaan sumber daya tadi, khususnya yang menyangkut sumber daya alam,
tampaknya telah menyihir bangsa Indonesia selama puluhan tahun untuk hanya
berpikir bagaimana mengekploitasi sumber alam tersebut tanpa skala prioritas
dan memilah-milah mana yang kompetitif, mana yang lebih prioritas, mana yang
mempunyai manfaat ekonomi, sosial dan seterusnya.
Tampaknya masih diperlukan waktu yang panjang untuk dapat merubah cara pandang
yang keliru tentang bagaimana mengelola berlimpahnya sumber daya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Sejak masa pemerintahan Orde Lama sampai dengan
terbentuknya Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), pemerintah masih saja terjebak
pada sudut pandang bahwa hanya sumber daya alam (SDA) khususnya energi dan
mineral yang menjadi satu-satunya potensi daya saing Indonesia dibandingkan
bangsa-bangsa lain di dunia. Sedangkan kekayaan sumber daya lain seperti sumber
daya manusia (SDM) tidak pernah dipandang sebagai sebuah sumber daya saing yang
menjanjikan bagi Indonesia.
Rendahnya komitmen, lemahnya kebijakan, sikap reaktif dan rendahnya mutu
pelayanan pemerintah terhadap kepentingan pekerja dan TKI (Tenaga Kerja
Indonesia) di luar negeri adalah indikator nyata bahwa sumber daya manusia di
Indonesia belum pernah dikelola menjadi sebuah potensi namun lebih sebagai
kendala. Pekerjaan mengelola sumber daya adalah urusan bagaimana mengantisipasi
masa depan, apabila kita keliru dalam melakukan skala prioritas dan manajemen
sumber daya maka risiko yang akan dihadapi akan semakin berbahaya tidak hanya
untuk masa kini namun juga masa mendatang. Kesadaran dalam mengelola sumber
daya secara optimal untuk mengantisipasi masa depan dengan lebih baik
dibutuhkan individu-individu yang berani dan mampu berpikir jauh ke depan.
Apakah pemerintahan SBY melalui menteri-menteri kabinet Indonesia Bersatu
berani dan mampu merubah pola pikir tradisionalnya dalam memandang pengelolaan
sumber daya bangsa Indonesia? Waktu yang akan menjawabnya, pelajaran dari
pemerintah sebelumnya yang selalu saja memandang bahwa Indonesia adalah sebuah
"negara dengan jumlah penduduk besar" harus segera dirubah menjadi sebuah
"negara besar yang penuh dengan sumber daya manusia berbakat". Pemerintahan SBY
melalui beragam kebijakan yang menyeluruh harus mampu dan berani memberikan
prioritas terhadap pengelolaan sumber daya manusia seperti perbaikan tingkat
pendidikan, standar pekerjaan, memperbaiki etika, budaya kerja dan tingkat
kesehatan dari manusia Indonesia.
Untuk dapat mengelola sumber daya manusia Indonesia menjadi sebuah daya saing
terhadap bangsa-bangsa lain diperlukan komitmen dan keberpihakan kuat dari
pemerintah sebagai regulator sekaligus lokomotif penggerak pengembangan
kualitas sumber daya manusia. Selama lebih dari dua dekade terakhir,
dibandingkan negara-negara kawasan Indonesia telah mengalami ketertinggalan
yang cukup jauh dalam bidang pengembangan serta pemberdayaan manusianya.
Walaupun sudah terlambat, sekaranglah saatnya pemerintah SBY melakukan
pengukuran yang realistis tentang keahlian apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh
negara agar tidak tergantung dari bantuan tenaga-tenaga asing. Fokus
pengembangan pemerintah harus memprioritaskan kepada keahlian dan kompetensi
apa yang diperlukan pekerja Indonesia untuk terus produktif, memiliki daya
saing internasional dan mempunyai fleksibilitas terhadap perubahan yang tinggi.
Seperti negara dalam melakukan eksploitasi sumber daya alam, maka diperlukan
kebijakan-kebijakan
yang mendukung iklim investasi di bidang tersebut, diberikan insentif
terhadap pelaku-pelaku di dalamnya dan seterusnya.
Adalah sangat penting untuk meningkatkan investasi melalui proyek dan kebijakan
yang mendukung pengembangan sumber daya manusia, misalnya, dengan
melipat-gandakan program pelatihan untuk menjamin tersedianya bakat dan tenaga
terampil untuk memenuhi kebutuhan pembangunan nasional. Pemberian insentif,
misalnya, melalui pemberian keringanan pajak terhadap perusahaan yang
memberikan beasiswa pendidikan kepada pekerja-pekerja nasional, kemudahaan
perijinan dan prosedur bagi perusahaan-perusahaan lokal yang akan membangun
akses informasi (internet, broadband dan lain-lain) untuk lembaga pendidikan
dan sterusnya. Di sisi lain orientasi kepada dinamika perubahan pasar harus
terus menerus dilakukan dalam upaya membantu dan mengembangkan pekerja-pekerja
yang terampil, sehingga negara akan dapat memanfaatkan sumber daya manusia
tersebut untuk keperluan domestik atau untuk ditempatkan sebagai perwakilan di
luar negeri. Strategi pengembangan sumber daya manusia harus mudah disesuaikan
dan
memiliki kelenturan terhadap dinamika persaingan, dinamika pasar serta
dinamika teknologi yang terus berkembang.
Pada persaingan di tingkat regional dan global, sedikitnya terdapat tiga
fenomena yang berperan penting dalam peningkatan intensitas persaingan antar
bangsa. Pertama, perdagangan global menciptakan pasar dunia yang luasnya
berlipat-lipat dibandingkan pangsa pasar sebelumnya. Globalisasi yang ditandai
dengan berkembangnya kawasan perdagangan bebas (free trade area) maupun kawasan
ekonomi akan berdampak pada kegiatan ekonomi di seluruh dunia. Persaingan
produk dan sumber daya manusia tidak hanya terjadi di pasar lokal, tetapi juga
di pasar luar negeri. Perdagangan bebas telah memaksa perusahaan multinasional
menerapkan sistem outsourcing untuk memenuhi produksinya. Sebagai contoh,
industri elektronik Jepang memang menjadi ekportir terbesar di dunia saat ini,
tetapi sebagian besar bahan baku maupun komponennya harus didatangkan dari
negara lain.
Untuk dapat merubah Indonesia menjadi sebuah negara besar dengan SDM dan tenaga
kerja yang berbakat, minimal diperlukan empat langkah strategis yaitu:
1. Strategi bertahan (defensive strategy), yaitu strategi pengembangan
SDM dan tenaga kerja Indonesia yang kondisinya mempunyai banyak
sekali kelemahan dan terus mendapat tekanan dari pihak luar. Pro
gram serta strategi di sini ditekankan pada kegiatan-kegiatan yang
berorientasi kepada bagaimana mempertahankan keberadaan (defensive)
sektor SDM dan tenaga kerja Indonesia yang kurang kompetitif.
2. Strategi penguatan (conservative strategy), yaitu strategi pengem
bangan SDM dan tenaga kerja Indonesia yang memiliki kelemahan,
tetapi tetap memiliki peluang untuk bisa berkembang. Program serta
strategi di sini ditekankan pada kegiatan-kegiatan yang berorienta
si kepada penguatan (strengthen) dengan basis sektor SDM dan tenaga
kerja Indonesia seperti profesi di bidang arsitektur, pekerja seni
dan perfilman, dan sterusnya.
3. Strategi bersaing (competitive strategy), yaitu strategi pengemba-
ngan SDM dan tenaga kerja Indonesia yang sudah memiliki kekuatan
bersaing, tetapi menghadapi ancaman atau tekanan dari pihak luar.
Program serta strategi di sini ditekankan pada kegiatan-kegiatan
yang berorientasi kepada peningkatan daya saing (competitiveness)
sektor SDM dan tenaga kerja seperti mencari terobosan baru, pening-
katan daya saing serta pengembangan penempatan tenaga kerja TKI,
perawat dan sterusnya persis seperti bagaimana Pilipina mengemas
dan mengembangkan tenaga kerja terampil di luar negeri.
4. Strategi untuk bertumbuh (aggressive strategy), yaitu strategi pe-
ngembangan SDM dan tenaga kerja Indonesia yang memiliki kekuatan
dan peluang untuk terus tumbuh dan berkembang. Program dan strategi
di sini ditekankan pada kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepada
pertumbuhan nilai tambah (growth) sektor SDM dan tenaga kerja
seperti mencari terobosan baru, peningkatan peluang daya saing baru
serta pengembangan penempatan tenaga kerja professional serta
tenaga-tenaga potensial dan berbakat di bidang informasi teknologi,
pekerja di bidang perminyakan dan seterusnya, yang pernah atau
bahkan masih bekerja di luar negeri.Langkah-langkah strategis di atas sangat
perlu dilakukan secara terintegrasi dengan faktor-faktor lainnya. Pemerintah
melalui instansi terkait harus dapat mencari kombinasi yang paling optimal
melalui pengembangan seluruh komponen di atas sekaligus disesuaikan dengan
kondisi serta dinamika bangsa Indonesia maka hal tersebut akan menjadi
lokomotif perubahan dalam rangka membangun SDM dan tenaga kerja yang berbakat
yang pada akhirnya akan menjadi kunci keberhasilan persaingan bangsa Indonesia
di masa mendatang.
Seluruh langkah di atas harus dimulai dari adanya perubahan cara pandang
pemerintah tentang pengelolaan beragam sumber daya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Apakah pemerintahan SBY melalui Kabinet Indonesia Bersatu akan
terjebak kepada cara pandang klasik yang keliru seperti pemerintahan
sebelumnya? Atau, justru ingin mengambil momentum tingginya kepercayaan rakyat
dalam upaya membuat kebijakan yang berkelanjutan di bidang pengembangan sumber
daya manusia Indonesia. ***
(Penulis adalah pengamat dan praktisi sumber daya manusia,
Direktur People and Culture pada MLC Life Indonesia).
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~->
***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
Sabtu, 30 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar